Suluk Santri Pergerakan; Ketua Lesbumi Paparkan Media & Propoganda Sosial
lesbumi-nu.net | Lanjutan kegiatan Suluk Santri Pergerakan yang dilaksanakan oleh PC. PMII Metro Kota Manado selama seminggu, (08-15/01), pada malam ini (11/01) mendiskusikan tentang Media dan Propaganda Sosial. Tampil sebagai pematik diskusi, Sahabat Taufik Bilfaqih (Ketua PW Lesbumi NU Sulut).
Dalam paparannya, Bilfaqih membahas tentang fenomena Globalisasi sebagai peradaban yang menyeragamkan dan menghapus identitas kebudayaan lokal. Ia mengutip Alvin Toffler ketika membagi kehidupan manusia dengan 3 peradaban; Agrikultur, Industri dan Sains/teknologi. "Pada fase ke tiga inilah, media menjadi alat untuk melakukan hegemoninya terhadap propaganda sosial" papar Dosen IAIN Manado tersebut.
Dalam pandangan Taufik, media juga memainkan perannya dalam mempengaruhi masrayarakat. "Teori Hegermoni A. Gramsci Saya kira tidak sebatas pada kaitan dominasi politik semata. Namun dalam media, ia berperan melalui budaya dan bahasa. Coba kita perhatikan, sadar atau tidak, kita sering latah mengikuti bunyi-bunyian yang dikampanyekan media. Ada ungkapan-ungkapan seperti 'kembali ke laptop ala Tukul', teriakan 'jamaah oh jamaah-nya' Ust. Maulana, serta lain sebagainya." Lanjut Bilfaqih.
Kaitannya dalam konteks propaganda, media tentunya menjadi alat yang paling efektif untuk membentuk cara berpikir dan bertindak masyarakat. "Media, apakah itu elektronik, cetak termasuk medsos (media sosial) telah memproduksi tayangan-tayangan hyperealita. Akhirnya, sadar atau tidak kita sering dihipnotis oleh tayangan media yang memandulkan kesadaran atas realitas itu."
"Nah. Untuk mampu memfilternya, masyarakat harus mapan dalam tradisi literasi. Kurangnya membaca menyebabkan kita terjebak pada posisi sebagai penonton yang sering gagal paham. Kita menjadi masyarakat intip, pasif dan kehilangan semangat baca tulis dengan baik." tegas mantan Ketua PMII Samarinda periode 2008-2009 itu.
Diskusi yang dipandu langsung oleh Ketua PC. PMII Metro, Zainudin Makasaehe' tersebut mendapat feedback dari peserta Suluk Santri. Termasuk tanggapan oleh dosen IAIN Manado Abdul Muis yang juga mantan aktivis PMII Manado. (adm)
Dalam paparannya, Bilfaqih membahas tentang fenomena Globalisasi sebagai peradaban yang menyeragamkan dan menghapus identitas kebudayaan lokal. Ia mengutip Alvin Toffler ketika membagi kehidupan manusia dengan 3 peradaban; Agrikultur, Industri dan Sains/teknologi. "Pada fase ke tiga inilah, media menjadi alat untuk melakukan hegemoninya terhadap propaganda sosial" papar Dosen IAIN Manado tersebut.
Dalam pandangan Taufik, media juga memainkan perannya dalam mempengaruhi masrayarakat. "Teori Hegermoni A. Gramsci Saya kira tidak sebatas pada kaitan dominasi politik semata. Namun dalam media, ia berperan melalui budaya dan bahasa. Coba kita perhatikan, sadar atau tidak, kita sering latah mengikuti bunyi-bunyian yang dikampanyekan media. Ada ungkapan-ungkapan seperti 'kembali ke laptop ala Tukul', teriakan 'jamaah oh jamaah-nya' Ust. Maulana, serta lain sebagainya." Lanjut Bilfaqih.
Kaitannya dalam konteks propaganda, media tentunya menjadi alat yang paling efektif untuk membentuk cara berpikir dan bertindak masyarakat. "Media, apakah itu elektronik, cetak termasuk medsos (media sosial) telah memproduksi tayangan-tayangan hyperealita. Akhirnya, sadar atau tidak kita sering dihipnotis oleh tayangan media yang memandulkan kesadaran atas realitas itu."
"Nah. Untuk mampu memfilternya, masyarakat harus mapan dalam tradisi literasi. Kurangnya membaca menyebabkan kita terjebak pada posisi sebagai penonton yang sering gagal paham. Kita menjadi masyarakat intip, pasif dan kehilangan semangat baca tulis dengan baik." tegas mantan Ketua PMII Samarinda periode 2008-2009 itu.
Diskusi yang dipandu langsung oleh Ketua PC. PMII Metro, Zainudin Makasaehe' tersebut mendapat feedback dari peserta Suluk Santri. Termasuk tanggapan oleh dosen IAIN Manado Abdul Muis yang juga mantan aktivis PMII Manado. (adm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar